Maros Strategis sebagai Sentra Produksi Beras Nasional

Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Haryadi saat memimpin kunjungan kerja dalam rangka panen raya di Kabupaten Maros, Selasa (12/8/2025). Foto : Tn/Andri
PARLEMENTARIA, Maros - Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Haryadi menegaskan bahwa Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Maros, memegang peran strategis sebagai sentra produksi beras nasional dengan produktivitas mencapai 9 ton per hektare dan panen hingga tiga kali setahun.
“Ini harus kita jaga dan tingkatkan. Semua kebutuhan petani sudah kami catat, mulai dari combine harvester, traktor roda empat, pompa, hingga sumur dalam. Insyaallah traktor akan sampai minggu depan,” ujarnya dalam kunjungan kerja dalam rangka panen raya di Kabupaten Maros, Selasa (12/8/2025).
Ia menambahkan bahwa sektor pertanian membutuhkan sinergi semua pihak untuk mengatasi tantangan cuaca, ketersediaan sarana produksi, dan infrastruktur irigasi.
“Kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Mari gunakan momentum panen raya ini sebagai titik tolak menuju produksi padi yang semakin meningkat, petani semakin sejahtera, dan kemandirian beras yang berkelanjutan,” kata Titiek.
Dalam kunjungan tersebut, Kementerian Pertanian menyerahkan bantuan benih padi senilai Rp420 juta untuk Pemkab Maros, serta benih jagung senilai Rp900 juta yang akan disalurkan pada musim tanam Oktober 2025.
Lebih lanjut Wakil Gubernur Sulsel, Fatmawati Rusdi, menyampaikan bahwa produksi padi Sulsel pada Januari–Agustus 2025 mencapai 3,34 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 1,92 juta ton beras, dengan surplus 1,21 juta ton setelah kebutuhan konsumsi domestik.
“Khusus Kabupaten Maros, capaian Januari–Juli 2025 mencatat produksi 112.990 ton GKG atau 64.838 ton beras, dengan surplus 38.033 ton.
Ini hasil kerja keras petani, dukungan pemerintah, dan sinergi lintas sektor,” ujarnya.
Fatmawati menilai pencapaian surplus tersebut merupakan bukti kolaborasi yang solid. “Surplus beras di Maros dan Sulsel mencerminkan kekuatan kerja sama pemerintah, petani, dan seluruh pemangku kepentingan,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa pertumbuhan produksi tahun ini naik 443 ribu ton GKG dibanding periode yang sama tahun lalu, menjadi bantalan ketahanan pangan nasional.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan dialog bersama petani setempat yang mengemukakan sejumlah kebutuhan seperti pompanisasi, traktor roda empat, sumur dalam, dan kemasan pupuk lebih kecil agar mudah diangkut. Semua masukan dicatat untuk ditindaklanjuti kementerian terkait. (tn/aha)